Senin, 30 Juli 2012

Call Me Mybe


*Carly Rae Jepsen*

I threw a wish in the well,
Don’t ask me, I’ll never tell
I looked to you as it fell,
And now you’re in my way

I’d trade my soul for a wish,
Pennies and dimes for a kiss
I wasn’t looking for this,
But now you’re in my way

Your stare was holdin’,
Ripped jeans, skin was showin’
Hot night, wind was blowin’
Where you think you’re going, baby?

Hey, I just met you,
And this is crazy,
But here’s my number,
So call me, maybe?
It’s hard to look right,

At you baby,
But here’s my number,
So call me, maybe?
Hey, I just met you,

And this is crazy,
But here’s my number,
So call me, maybe?
And all the other boys,

Try to chase me,
But here’s my number,
So call me, maybe?
You took your time with the call,

I took no time with the fall
You gave me nothing at all,
But still, you’re in my way
I beg, and borrow and steal

At first sight and it’s real
I didn’t know I would feel it,
But it’s in my way
Your stare was holdin’,

Ripped jeans, skin was showin’
Hot night, wind was blowin’
Where you think you’re going, baby?

Hey, I just met you,
And this is crazy,
But here’s my number,
So call me, maybe?
It’s hard to look right,

At you baby,
But here’s my number,
So call me, maybe?
Hey, I just met you,

And this is crazy,
But here’s my number,
So call me, maybe?
And all the other boys,

Try to chase me,
But here’s my number,
So call me, maybe?
Before you came into my life

I missed you so bad
I missed you so bad
I missed you so, so bad
Before you came into my life
I missed you so bad

And you should know that
I missed you so, so bad
It’s hard to look right,
At you baby,

But here’s my number,
So call me, maybe?
Hey, I just met you,
And this is crazy,
But here’s my number,
So call me, maybe?

And all the other boys,
Try to chase me,
But here’s my number,
So call me, maybe?

Before you came into my life
I missed you so bad
I missed you so bad
I missed you so so bad
Before you came into my life
I missed you so bad
And you should know that
So call me, maybe?

Selasa, 03 Juli 2012

Land Subsidence


A. LATAR BELAKANG
Penurunan tanah (land subsidence) merupakan suatu fenomena alam yang banyak terjadi di kota – kota besar yang berlokasi di sekitar pantai atau dataran alluvial, seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Penurunan tanah berhubungan dengan fenomena – fenomena alam dan lingkungan yang dibangun manuasia seperti terjadinya banjir, intrusi air laut, perubahan aliran sungai, dan penataan konstruksi bangunan yang nota bene bersifat destruktif.

Subsidence adalah gerakan permukaan (biasanya, permukaan bumi) karena bergeser ke bawah relatif terhadap datum seperti permukaan laut. Kebalikan dari penurunan yang mengangkat , yang menghasilkan peningkatan elevasi . Penurunan tanah menjadi perhatian ahli geologi , insinyur geoteknik dan surveyor .

Subsidence sering menyebabkan masalah besar di karst medan, di mana pembubaran kapur oleh aliran cairan di bawah permukaan menyebabkan penciptaan void (yaitu gua ). Jika atap kekosongan ini menjadi terlalu lemah, dapat runtuh dan batu atasnya dan bumi akan jatuh ke dalam ruang, menyebabkan penurunan di permukaan. Jenis pengendapan dapat mengakibatkan lubang-lubang pembuangan yang dapat ratusan meter.
B. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah makalah ini adalah:
1. Apa faktor penyebab terjadinya penurunan tanah (Land Subsidence)?
2. Apa saja dampak dari penurunan tanah (Land Subsidence)?
3. Bagaimana upaya mengurangi penurunan tanah (Land Subsidence)?




C. TEORI PENDUKUNG
1.        Pengertian  Penurunan Tanah (Land Subsidence)
Subsidence Tanah adalah penurunan ketinggian permukaan tanah dari perubahan yang terjadi di bawah tanah. Subsidence adalah gerakan permukaan (biasanya, permukaan bumi) karena bergeser ke bawah relatif terhadap datum seperti permukaan laut. Kebalikan dari penurunan yang mengangkat , yang menghasilkan peningkatan elevasi . Penurunan tanah menjadi perhatian ahli geologi , insinyur geoteknik dan surveyor .
Subsidence sering menyebabkan masalah besar di medan karst, di mana pembubaran kapur oleh aliran cairan di bawah permukaan menyebabkan penciptaan void (yaitu gua ). Jika atap kekosongan ini menjadi terlalu lemah, dapat runtuh dan batu atasnya dan bumi akan jatuh ke dalam ruang, menyebabkan penurunan di permukaan. Jenis pengendapan dapat mengakibatkan lubang-lubang pembuangan yang dapat ratusan meter.
Land subsidence (penurunan tanah) adalah suatu fenomena alam yang banyak terjadi di kota-kota besar yang berdiri di atas lapisan sedimen, seperti Jakarta, Semarang, Bangkok, Shanghai, dan Tokyo.
Karena data dan informasi tentang penurunan muka tanah akan sangat bermanfaat bagi aspek- aspek pembangunan  seperti untuk perencanaan tata ruang (di atas maupun di bawah permukaan tanah), perencanaan pembangunan sarana/prasarana, pelestarian lingkungan, pengendalian dan pengambilan airtanah, pengendalian intrusi air laut, serta perlindungan masyarakat (linmas) dari dampak penurunan tanah (seperti terjadinya banjir); maka sudah sewajarnya bahwa informasi tentang karakteristik penurunan tanah ini perlu diketahui dengan sebaik-baiknya dan kalau bisa sedini mungkin. Dengan kata lain fenomena penurunan tanah perlu dipelajari dan dipantau secara berkesinambungan.


                                                             
2.    Teknik Pemantauan Penurunan Tanah  (Land Subsidence)
Pada prinsipnya, penurunan tanah dari suatu wilayah dapat dipantau dengan menggunakan beberapa metode, baik itu metode-metode hidrogeologis (e.g. pengamatan level muka air tanah serta pengamatan dengan ekstensometer dan piezometer yang diinversikan kedalam besaran penurunan muka tanah) dan metode geoteknik, maupun metode-metode geodetik seperti survei sipat datar (leveling), survei gaya berat mikro, survei GPS (Global Positioning System), dan InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar).
a.       Metode Godetik
Salah satu metode geodetik untuk pemantauan deformasi ialah pengukuran dengan GPS ( Global Positioning System ). GPS ialah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang berbasiskan pada pengamatan satelit-satelit Global Positioning System [Abidin, 2000; Hofmann-Wellenhof et al., 1997]. Prinsip studi penurunah tanah dengan metode survei GPS yaitu dengan menempatkan beberapa titik pantau di beberapa lokasi yang dipilih, secara periodik atau kontinyu untuk ditentukan koordinatnya secara teliti dengan menggunakan metode survei GPS. Dengan mempelajari pola dan kecepatan perubahan koordinat dari titik-titik tersebut dari survei yang satu ke survei berikutnya atau hasil data kontinyu, maka karakteristik penurunan tanah ( land subsidence ) akan dapat dihitung dan dipelajari.
GPS memberikan nilai vektor pergerakan tanah dalam tiga dimensi, dua komponen horisontal (X,Y) dan satu komponen vertikal (Z). Jadi disamping memberikan informasi tentang besarnya penurunan muka tanah, GPS juga sekaligus memberikan informasi tentang pergerakan tanah dalam arah horisontal. Keunggulan GPS ialah dapat dimanfaatkan tanpa tergantung waktu (siang maupun malam) dan dapat digunakan dalam segala kondisi cuaca. Dengan keunggulan semacam ini maka pelaksanaan survei GPS untuk pemantauan pergerakan dan penurunan muka tanah dapat dilaksanakan secara efektif dan fleksibel.
    
b.      Metode Geoteknik
Penyelidikan geoteknik yang dilakukan untuk keperluan perencanaan meliputi pemetaan topografi dan geologi lokal, penyelidikan lapangan dan pengujian tanah dilaboratorium. Namun demikian, tenaga ahli geoteknik yang ditunjuk dapat membuatpenyesuaian mengenai kuantitas penyelidikan geoteknik apabila ahli geoteknik tersebutmemiliki data-data yang memadai sesuai kondisi lapangan.
D. PEMBAHASAN
1.    Faktor penyebab terjadinya penurunan tanah (Land Subsidence)
   a. Faktor Alami
            Penurunan tanah alami terjadi secara regional yaitu meliputi daerah yang luas atau terjadi secara lokal yaitu hanya sebagian kecil permukaan tanah. Hal ini biasanya disebabkan oleh adanya rongga di bawah permukaan tanah, biasanya terjadi didaerah yang berkapur (Whittaker and Reddish, 1989). Berbagai penyebab terjadinya penurunan tanah alami bisa digolongkan menjadi:
  1. Siklus geologi.
  2. Sedimentasi daerah cekungan (sedimentary basin).
  3. Adanya rongga diabawah permukaan tanah sehingga atap rongga runtuh dan hasil runtuhan atap rongga membentuk lubang yang disebut sink hole.
  4. Adanya aktifitas vulkanik dan tektonik. Konsolidasi alamiah lapisan tanah.
  5. Gaya-gaya tektonik.
  6. Ekstraksi gas dan minyak bumi.
  7. Ekstraksi lumpur.
  8. Patahan kerak bumi.
  9. Konstraksi panas bumi di lapisan litosfer.
c.       Faktor Manusia
Penurunan tanah paling sering disebabkan oleh aktivitas manusia, Berikut adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan penurunan tanah:
·         Pengambilan air tanah yang berlebihan
Bagi kebanyakan masyarakat terutama di kawasan industri air tanah merupakan pilihan yang paling disukai sebagai sumber kebutuhan air. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa pada musim kemarau jumlah air permukaan (sungai, danau, dan waduk) menyusut drastis dan sering diikuti dengan menurunnya kualitas air sampai pada tingkat layak dikonsumsi. Berbeda dengan gerakan air permukaan, gerakan air tanah jauh lebih lambat dari pada air permukaan sehingga air tanah yang dapat dimanfaatkan masih tersedia dalam jumlah cukup besar, bahkan selama musim kemarau berlangsung.
Pengambilan air tanah secara berlebihan mengakibatkan penurunan tanah karena pemakaian sumur dalam. Dengan meningkatnya kebutuhan, baik untuk keperluan industri, pertanian, kebutuhan rumah tangga, perhotelan, perkantoran, pengambilan air tanah mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Konsekuensi yang dirasakan dalam bentuk penurunan tinggi permukaan air tanah yang pada gilirannya dapat menyebabkan terjadinya penurunan tanah (land subsidence)
·           Kegiatan Pertambangan
Kegiatan penambangan dapat menimbulkan penurunan tanah seperti penambangan bahan galian baik padat seperti: batu bara, dan cair ataupun gas seperti : gas alam dan minyak bumi. Beberapa jenis penambangan , dan khususnya metode yang sengaja menyebabkan kekosongan diekstraksi akan menghasilkan penurunan permukaan.
Pertambangan akan menyebabkan subsidence diinduksi relatif diprediksi dalam, manifestasi besarnya dan luasnya, Pertambangan akibat penurunan hampir selalu sangat lokal ke permukaan di atas area ditambang, ditambah margin sekitar luar. Besarnya vertikal penurunan itu sendiri biasanya tidak menyebabkan masalah, kecuali dalam kasus drainase (termasuk drainase alami) - melainkan adalah tekan permukaan terkait dan strain tarik, kelengkungan, miring dan perpindahan horisontal yang merupakan penyebab kerusakan terburuk untuk lingkungan alam, bangunan dan infrastruktur.
Dimana kegiatan pertambangan direncanakan, pertambangan akibat penurunan dapat berhasil dikelola jika ada kerjasama dari semua stakeholder.  Hal ini dicapai melalui kombinasi dari perencanaan tambang yang cermat, mengambil langkah-langkah pencegahan, dan melaksanakan perbaikan pasca-tambang.
·         Pendirian Bangunan
Pendirian bangunan dapat mengakibatkan penurunan tanah. Terutama di kota-kota besar. Bangunan –bangunan, gedung –gedung perkantoran pencakar langit yang terletak di kota – kota besar dapat menimbulkan penurunan tanah. Contohnya Kota Jakarta dibangun di atas sedimen yang terdiri dari lempung terkonsolidasi, lumpur, gambut, dan pasir sangat rentan terhadap penurunan. Daerah seperti yang umum di daerah delta, dimana sungai mengalir ke lautan, di sepanjang dataran banjir yang berdekatan dengan sungai, dan di tanah rawa pesisir. Dalam pengaturan tersebut, subsidence adalah proses alami Sedimen disimpan oleh sungai dan lautan terkubur, dan berat yang melapisi, baru disimpan sedimen, compacts sedimen dan mereda materi.
2.      Dampak Dari Penurunan Tanah (Land Subsidence)
Penurunan tanah menyebabkan banyak masalah termasuk:
(1) perubahan elevasi dan kemiringan sungai, kanal, dan saluran air;
(2) kerusakan jembatan, jalan, kereta api, badai saluran, selokan sanitasi, saluran, dan tanggul;
(3) kerusakan bangunan swasta dan publik;
(4) kegagalan casing baik dari kekuatan yang dihasilkan oleh pemadatan halus bahan dalam sistem akuifer.
Di beberapa daerah pesisir, penurunan telah menghasilkan pasang pindah ke daerah dataran rendah yang sebelumnya diatas tingkat pasang tinggi. Sebuah contoh kerusakan yang disebabkan oleh penurunan tanah dapat dilihat pada gambar 3. Dasar beton di bagian atas sumur ini di atas permukaan tanah karena permukaan tanah telah menurunkan dan casing juga kaku belum tenggelam.
 
3.       Upaya Mengurangi Penurunan Tanah dan Mitigasi Bencana
Di beberapa daerah di mana air tanah telah menyebabkan penurunan memompa, penurunan telah dihentikan dengan beralih dari air tanah ke permukaan air pasokan. Jika air permukaan tidak tersedia, maka cara lain harus diambil untuk mengurangi penurunan. Tindakan mungkin termasuk mengurangi penggunaan air dan menentukan lokasi untuk mengisi ulang memompa dan buatan yang akan meminimalkan penurunan. Optimasi model ditambah dengan air tanah model aliran dapat digunakan untuk mengembangkan strategi tersebut.
Tempat yang tepat dan waktu bencana yang terkait dengan penurunan biasanya tidak dapat diprediksi dengan tingkat kepastian. Hal ini berlaku dari kedua penurunan lambat terkait dengan penarikan cairan dan penurunan tiba-tiba terkait dengan pembentukan sinkhole atau runtuh tambang. Mitigasi adalah pendekatan terbaik untuk bahaya-bahaya. Dalam dunia yang ideal, semua daerah rentan terhadap bahaya tersebut akan dikenal dan tindakan akan diambil untuk baik menghindari menyebabkan masalah jika itu adalah manusia yang terkait, atau menghindari inhabitance daerah tersebut jika mereka rentan terhadap penurunan alami.
  • Untuk penurunan yang disebabkan oleh runtuhnya tanah untuk membentuk lubang-lubang pembuangan, beberapa langkah dapat diambil. Pertama, ahli geologi dapat membuat peta daerah diketahui underlain oleh batuan seperti batu kapur, gipsum, atau garam, yang rentan terhadap pembubaran oleh cairan. Berdasarkan pengetahuan tentang daerah, apakah pembubaran aktif terjadi atau telah terjadi pada masa lalu, dan mengetahui sesuatu tentang kedalaman di bawah permukaan di mana fitur ini terjadi, peta bahaya dapat dibangun.
  • Setelah daerah ini telah diidentifikasi, studi rinci menggunakan lubang bor, atau ground radar penetrasi dapat digunakan untuk menemukan rongga terbuka di bawah permukaan. Daerah-daerah ini kemudian dapat dihindari ketika tiba saatnya untuk keputusan tentang penggunaan lahan.
  • Di daerah di mana ada kemungkinan runtuh tiba-tiba, salah satu harus mengetahui setiap retakan yang terbentuk di tanah. terutama jika retak mulai membentuk pola lingkaran atau elips. Retak tanah tersebut dapat menjadi indikasi bahwa peristiwa keruntuhan adalah dekat.
  • Di daerah yang terletak di atas operasi pertambangan dikenal atau operasi bekas tambang, peta dapat dibangun berdasarkan pengetahuan tentang lokasi sebenarnya dari rongga terbuka di bawah permukaan. Peta tersebut kemudian dapat digunakan sebagai panduan untuk perencanaan penggunaan lahan. Saat ini undang-undang berada di tempat untuk mencegah penambangan yang aktif di bawah daerah perkotaan, tetapi hukum-hukum ini tidak selalu ada, dan tambang tua masih bisa menimbulkan masalah.
  • Dimana penarikan cairan adalah penyebab utama penurunan, informasi tingkat penarikan cairan harus ditentukan dan dikombinasikan dengan studi material di bawah permukaan berdasarkan sampling dengan metode inti bor. Jika penurunan dicurigai atau diamati, kegiatan manusia dapat dimodifikasi untuk mencegah penurunan lebih lanjut. Misalnya sumber-sumber baru air sering dapat ditemukan, atau air limbah dapat dirawat dan dipompa kembali ke dalam tanah untuk membantu mempertahankan tingkat permukaan air, menjaga tekanan cairan, atau re-hidrat tanah liat hydrocompacting dan gambut.
  • Masalah penarikan cairan rumit contohnya di Amerika Serikat di mana hukum berada dalam konflik. Hak penarikan sumber daya bawah tanah seperti air atau minyak biasanya didahulukan dari hak untuk menuntut atas kerugian yang mungkin timbul dari penurunan.
E.       KESIMPULAN
1)        Penurunan muka tanah (land subsidence) merupakan suatu proses gerakan penurunan muka tanah yang didasarkan atas suatu datum tertentu (kerangka referensi geodesi) dimana terdapat berbagai macam variabel penyebabnya (Marfai, 2006).
2)        Proses atau gerakan turunnya permukaan tanah telah banyak terjadi diberbagai wilayah di dunia terutama dikota-kota besar yang berlokasi dikawasan pantai atau dataran aluvial (endapan lepas yang tertranspor ke tempat lain atau tidak berada disekitar batuan induk dimana berukuran butiran berupa pasir dan lempung).
3)        Penyebab penurunan tanah yaitu:
ü  Penurunan secara alami seperti (1) siklus geologi sedimentasi daerah cekungan (sedimentary basin). (2) Adanya rongga diabawah permukaan tanah sehingga atap rongga runtuh dan hasil runtuhan atap rongga membentuk lubang yang disebut sink hole. (3) Adanya aktifitas vulkanik dan tektonik. Konsolidasi alamiah lapisan tanah. (4) Gaya-gaya tektonik. (5) Ekstraksi gas dan minyak bumi. (6) Ekstraksi lumpur. (7) Patahan kerak bumi. (8) Konstraksi panas bumi di lapisan litosfer.
ü  Dan penurunan yang terjadi oleh aktivitas manusia seperti (1) pengambilan air tanah secara berlebihan. (2) kegiatan penambangan. (3) pendirian bangunan.
4)        Dampak yang ditimbulkan dari penurunan tanah yaitu (1) perubahan elevasi dan kemiringan sungai, kanal, dan saluran air; (2) kerusakan jembatan, jalan, kereta api, badai saluran, selokan sanitasi, saluran, dan tanggul; (3) kerusakan bangunan swasta dan publik; (4) kegagalan casing baik dari kekuatan yang dihasilkan oleh pemadatan halus bahan dalam sistem akuifer.
5)        Upaya yang dapat mengurangi penurunan tanah yaitu adanya kebijakan yang mengatur dan menetapkan batas – batas mendirikan serta mengambil hasil bumi yang terdapat dalam bumi ( hasil tambang maupun air tanah).

F.       SARAN
1). Bagi pemerintah untuk mengurangi kerusakan lingkungan yang lebih jauh dari akibat penurunan tanah  yang disebabakan oleh manusia tersebut terhadap alam, terutama lingkungan fisik hendaknya perlu peningkatan pengawasan dari instansi terkait yang dilakukan secara periodic untuk mengembalikan keadaan lingkungan yang lebih baik.
2)        Bagi warga negara (masyarakat yang berkepentingan) mengurangi pengeksploitasian hasil bumi baik barang tambang berupa padat maupun cair/gas serta air tanah berlebihan.

G.      DAFTAR PUSTAKA
Asdak, 2004., Hidrologi dan Pegelolaan Daerah Aliran Sungai , Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Http://nurhakim.zoomshare.com/   files/bgi/bahankuliah-bgi-05.pdf [26 Juni 2011].
Ajie. 2009 .subsidence. Http://permukaan tanah .blogspot.com/2009/03/what-is-subsidence. html[26 Juni 2011].













Minggu, 01 Juli 2012

Prinsip-Prinsip Dasar Perencanaan Pengelolaan DAS


PRINSIP-PRINSIP DASAR PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS





Oleh :
EKA HANDAYANI



PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011

KATA PENGANTAR

 

BIS
Al-hamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Atas rahmat dan karunianya Penulis dapat menyelesaikan makalah ini, makalah ini Penulis susun guna untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pengelolaan DAS.
Disini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing mata kuliah Pengeloalaan DAS yang selama ini membimbing penulis dalam perkuliahan. Dan terimakasih juga untuk semua pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Untuk itu penulis senantiasa menerima kritikan dan saran dari kesalahan yang ada pada makalah ini, guna meningkatkan daya cipta dan daya guna makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang membaca, dan terutama bagi penulis pribadi tentunya.


                                                                 Padang,  Mei 2011
          
                                                                            Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanyaterdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya manusia sebagai pelaku pemanfaat sumberdaya alam tersebut. DAS di beberapa tempat di Indonesia memikul beban amat berat sehubungan dengan tingkat kepadatan penduduknya yang sangat tinggi dan pemanfaatan sumberdaya alamnya yang intensif sehingga terdapat indikasi belakangan ini bahwa kondisi DAS semakin menurun dengan indikasi meningkatnya kejadian tanah longsor, erosi dan sedimentasi, banjir, dan kekeringan.
Disisi lain tuntutan terhadap kemampuannya dalam menunjang system kehidupan, baik masyarakat di bagian hulu maupun hilir demikian besarnya. Sebagai suatu kesatuan tata air, DAS dipengaruhi kondisi bagian hulu khususnya kondisi biofisik daerah tangkapan dan daerah resapan air yang di banyak tempat rawan terhadap ancaman gangguan manusia. Hal ini mencerminkan bahwa kelestarian DAS ditentukan oleh pola perilaku, keadaan sosial-ekonomi dan tingkat pengelolaan yang sangat erat kaitannya dengan pengaturan kelembagaan (institutional arrangement). Tidak optimalnya kondisi DAS antara lain disebabkan tidak adanya adanya ketidakterpaduan antar sektor dan antar wilayah dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan DAS tersebut.
Dengan kata lain, masing-masing berjalan sendiri-sendiri dengan tujuan yang kadangkala bertolak belakang. Sulitnya koordinasi dan sinkronisasi tersebut lebih terasa dengan adanya otonomi daerah dalam pemerintahan dan pembangunan dimana daerah berlomba memacu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada. Permasalahan ego-sektoral dan ego-kedaerahan ini akan menjadi sangat komplek pada DAS yang lintas kabupaten/kota dan lintas propinsi. Oleh karena itu, dalam rangka memperbaiki kinerja pembangunan dalam DAS maka perlu dilakukan dengan melihat “ Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan DAS”.



1.2 Tujuan
Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah Pengelolaan DAS
1.      Mengetahui Prinsip-Prinsip Dasar Perencanaan Pengelolaan DAS DAS serta Strategi Pengelolaan DAS Berkelanjutan.

1.3  Rumusan Masalah
            Adapun rumusan masalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan DAS serta Strategi Pengelolaan DAS Berkelanjutan


1.4 Manfaat Penulisan Makalah
Dalam penyelenggaraan pengelolaan DAS terpadu tersebut diperlukan perencanaan yang komprehensif yang mengakomodasikan berbagai kepentingan dari stakeholders dalam suatu DAS. Untuk itu perlu adanya Prinsip-Prinsip Perencanaan Pengelolaan DAS.
1.      Dapat memberikan pengetahuan dan wawasan dalam menjaga kelestarian DAS.
2.      Agar kita memahami dan bagaimana Prinsip-Prinsip Perencanaan Pengelolaan DAS serta Strategi Pengelolaan DAS Berkelanjutan.






BAB II
PEMBAHASAN

1.      Komponen Utama Ekosistem DAS

Komponen-komponen utamaekosistem DAS, terdiri dari :manusia, hewan, vegetasi, tanah, iklim, dan air.Masingmasing komponen tersebut memiliki sifat yang khas dan keberadaannyatidak berdirisendiri, namun berhubungan dengan komponen lainnya membentuk kesatuansistem ekologis (ekosistem). Manusia memegang peranan yang penting dan dominandalam mempengaruhi kualitas suatu DAS. Gangguan terhadap salah satu komponenekosistem akan dirasakan oleh komponen lainnya dengan sifat dampak yang berantai.

Keseimbangan ekosistemakan terjamin apabila kondisi hubungan timbal balik antar komponen berjalandengan baik dan optimal. Kualitas interaksi antar komponen ekosistem terlihatdari kualitas output ekosistem tersebut. Di dalam DAS kualitas ekosistemnyasecara fisik terlihat dari besarnya erosi, aliran permukaan, sedimentasi,fluktuasi debit, dan produktifitas lahan.
DAS dibagi menjadi hulu,tengah, dan hilir. DAS bagian hulu sebagai daerah konservasi, berkerapatandrainase tinggi, memilikikemiringan topografi besar, dan bukan daerah banjir. Adapun DAS bagian hilirdicirikan sebagai daerah pemanfaatan, kerapatan drainase rendah, kemiringanlahan kecil, dan sebagian diantaranya merupakan daerah banjir. Daerah aliransungai tengah merupakan transisi diantara DAS hulu dan DAS hilir. Masingmasingbagian tersebut saling berkaitan. Bagian hulu DAS merupakan kawasanperlindungan, khususnya perlindungan tata air, yang keberadaannya penting bagibagian DAS lainnya. Contoh keterkaitan antara bagian hulu dengan hilirdiantaranya adalah : (a). bagian hulu mengatur aliran air yang dimanfaatkanoleh penduduk di bagian hilir, (b). erosi yang terjadi di bagian hulumenyebabkan sedimentasi dan banjir di hilir, dan (c). bagian hilir umumnyamenyediakan pasar bagi hasil pertanian dari bagian hulu.

2.      Pengelolaan DAS
Pengelolaan DAS adalahpengelolaan sumberdaya alam dan buatan yang ada di dalam DAS secara rasionaldengan tujuan untuk mencapai keuntungan yang maksimum dalam waktu yang tidakterbatas dengan resiko kerusakan seminimal mungkin. Dalam konteks yang lebihluas pengelolaan DAS dapat dipandang sebagai suatu sistem sumberdaya, satuanpengembangan sosial ekonomi, dan satuan pengaturan tata ruang wilayah.Pengelolaan DAS juga ditujukan untuk produksi dan perlindungan sumberdaya air termasukdi dalamnya pengendalian erosi dan banjir.

3.      Prinsip Dasar Pengelolaan DAS

Prinsip-prinsip dasar dalam pengelolaan DAS adalah :
1. Pengelolaan DAS dilaksanakan secara terpadu didasarkan atas DAS sebagai satu kesatuan ekosistem, satu rencana dan satu sistem pengelolaan;
2. Pengelolaan DAS terpadu melibatkan para pemangku kepentingan, terkoordinasi, menyeluruh dan berkelanjutan;
3. Pengelolaan DAS terpadu bersifat adaptif terhadap perubahan kondisi yang dinamis sesuai dengan karakteristik DAS;
4. Pengelolaan DAS terpadu dilaksanakan dengan pembagian tugas dan fungsi, beban biaya dan manfaat antar para pemangku kepentingan secara adil;
5. Pengelolaan DAS terpadu berlandaskan pada azas akuntabilitas.

Beberapa hal yang mengharuskan pengelolaan DAS diselenggarakan secara terpadu adalah:
1. Terdapat keterkaitan antar berbagai kegiatan dalam pengelolaan sumberdaya dan pembinaan aktivitasnya;
2. Melibatkan berbagai disiplin ilmu yang mendasari dan mencakup berbagai bidang kegiatan;
3. Batas DAS tidak selalu berhimpitan/bertepatan dengan batas wilayah administrasi pemerintahan;
4. Interaksi daerah hulu sampai hilir yang dapat berdampak negatif maupun positif sehingga memerlukan koordinasi antar pihak.
Keterpaduan mengandung pengertian terbinanya keserasian, keselarasan, keseimbangan dan koordinasi yang berdaya guna dan berhasil guna. Keterpaduan pengelolaan DAS memerlukan partisipasi yang setara dan kesepakatan para pihak dalam segala hal mulai dari penyusunan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian hasil-hasilnya. Pengelolaan DAS dijalankan berdasarkan prinsip kelestarian sumberdaya (resourcessustainability) yang menyiratkan keterpaduan antara prinsip produktifitas dan konservasi sumberdaya (sustainabilty = productivity + conservation ofresources) di dalam mencapai beberapa tujuan pengelolaan DAS, yaitu :
 (a) Terjaminnya penggunaan sumberdaya alam yang lestari, seperti hutan, hidupan liar, dan lahan pertanian;
(b) Tercapainya keseimbangan ekologis lingkungan sebagaisistem penyangga kehidupan;
(c) Terjaminnya jumlah dan kualitas air yang baiksepanjang tahun;
(d) Mengendalikan aliran permukaan dan banjir;
(e) Mengendalikan erosi tanah, dan proses degradasi lahan lainnya.

Pengelolaan DAS mencoba menyeimbangkan tujuan ekonomi sumberdaya alam dengan tujuan konservasi dalam suatu kawasan DAS. Tujuan produksi menitikberatkan untuk mengoptimumkan pendapatan dan produksi, sedangkan tujuan konservasi lebih menekankan padaupaya meminimalkan terjadinya degradasi sumberdaya alam. Ekosistem DAS yang baik dicirikan oleh beberapa parameter sebagai berikut :
a.       Produktifitas sumberdaya lahan tinggi
Produktifitas sumberdayalahan secara langsung dapat dilihat dari hasil panen untuk setiap komoditasyang diusahakan. Hasil yang diperoleh harus dapat memenuhi kebutuhan hidupnyadan mampu mendesain masa depannya; dalam hal ini pendapatan yang diperolehselain mencukupi kebutuhan primernya akan pangan, sandang, dan papan, jugakebutuhan lainnya, seperti pendidikan dan kesehatan sebagai bekal dalammendesain masa depannya yang lebih baik, juga untuk melaksanakan aktifitassosialnya. Untuk mencapai tingkat produktifitas yang diharapkan digunakanteknologi (agroteknologi) yang juga menjamin kelestarian sumberdaya alam yangdiupayakannya.
Pendapatan yang diperolehhendaknya mencapai 3 4 kali standar batas miskin. Garis kemiskinanberdasarkan pendekatan Sayogyo adalah 320 kg beras/kapita/tahun; adapun menurutBank Dunia garis kemiskinan untuk daerah pedesaan US$ 50 dan untuk daerahperkotaan sebesar US $ 75.
b.      Kelestarian Sumberdaya Alam terjamin
Sumberdaya tanah, air,vegetasi, dan fauna dalam kawasan DAS harus terjamin kelestariannya, misalnyalaju erosi yang lebih kecil dari laju erosi yang diperkenankan, distribusihasil air merata sepanjang tahun, kualitas air terjaga, sedimentasi dan kadarlumpur dalam aliran air kecil, keanekaragaman hayati tinggi, prosentasepenutupan lahan oleh vegetasi tinggi, polusi lingkungan rendah, dan sebagainya.
c.       Kelenturan dan Pemerataan Pembangunan
Kelenturan (resilience)merupakan ketahanan ekosistem terhadap setiap guncangan (ekologis dan ekonomi)yang terjadi dalam DAS. Suatu DAS yang baik akan memiliki tingkat kelenturanyang tinggi terhadap gejolak yang timbul, sehingga ekosistem tersebut tetapbertahan dan kembali ke bentuk semula. Pemerataan pembangunan antara bagianhulu dan hilir masih menjadi masalah dalam pengelolaan DAS. Masyarakat dibagian hulu dengan tingkat kesejahteraan, infrastruktur, dan aksesibilitas yanglebih rendah dari bagian hilir cenderung mengeksploitasi lahannya dengan sangatintensif, sehingga menurunkan kualitas air di hilirnya akibat erosi. Di bagianhilir masyarakat banyak yang tidak menyadari arti pentingnya bagian hulu dalammenjamin infrastrukturnya, sehingga pembangunan di bagian hulu dinomorduakan.Oleh karena itu pemikiran dalam menyisihkan sebagian pajak masyarakat di bagianhilir untuk pengelolaan lingkungan dan pembangunan di bagian hulu dalam bentuksubsidi silang (cross subsidy) perlu ditindaklanjuti, sehingga terjadi proses pemerataanantara kedua bagian wilayah DAS tersebut.
4.      Strategi Pengelolaan DAS Berkelanjutan
Pengelolaan DAS pada prinsipnya ditujukan untuk mengelola sumberdaya alam (SDA) dan sumberdayalainnya dalam wilayah DAS yang ada di Provinsi Bengkulu secara berkelanjutan,dengan menyeimbangkan kepentingan ekonomi dan ekologis serta meminimalkanterjadinya degradasi lingkungan. Prinsip produktifitas dan konservasi menjadidasar dalam merencanakan, mendesain, dan mengimplementasikan programpengelolaan DAS
Kebijakan pengelolaan DASmemerlukan dukungan institusi pemerintah baik Kabupaten maupun PemerintahProvinsi yang memadai dan sesuai dengan paradigma pengelolaan DASberkelanjutan. Ikatan institusi yang kuat akan menjamin pelaksanaan pengelolaanDAS secara baik. Selain institusi yang kuat, kebijakan pengelolaan DAS akanefektif apabila didukung oleh sistem legal. Legislasi sebagai alat hukum dapatbersifat memaksa orang atau publik untuk mentaati kebijakan yang dibuat.Lemahnya aspek institusi dan legal (hukum) menjadi faktor penghambat dalamkeberhasilan pengelolaan DAS di Indonesia secara umum dan di kabupaten danprovinsi khususnya. Sebagaimana kegiatan penutupan galian C oleh pemerintahkabupaten Bengkulu Utara sering dilanggar oleh penambang liar.
Untuk mencapai pengelolaanDAS berkelanjutan diperlukan upayaupaya sebagai berikut:
a.       Meningkatkan keterpaduan dalampengelolaan DAS.
b.      Ketersediaan dana dan insentif.
c.       Pengembangan teknologi DAS danpenyuluhan.
d.      Peningkatan partisipasi masyarakat(pemberdayaan).
e.       Adanya kebijakan pemerintah dandukungan legislatif dalam pengelolaan DAS berkelanjutan.
Ukuran efektifitas kebijakan pengelolaan DAS yang perlu diperhatikan adalah :
·         Efisiensi. Kebijakan dalampengelolaan DAS harus mampu meningkatkan efisiensi penggunan sumberdaya alam(SDA) dalam DAS secara optimal. Kebijakan pengelolaan DAS yang tidakmencerminkan efisiensi dapat menimbulkan degradasi lingkungan.
·         Fair (adil). Bobot kebijakan harusditempatkan secara adil, dimana kepentingan publik tidak terabaikan. Sebagaicontoh rusaknya hutan tropis Indonesia disebabkan oleh tidak tercerminnya rasakeadilan publik. Masyarakat lokal selama 32 tahun rejim orde baru tidakmendapatkan kesempatan untuk menikmati langsung hutan yang berada dilingkungannya. Kebijakan konsensi hutan yang tidak fair dalam prakteknya telahmemperkaya sekelompok pengusaha (pusat) dan memiskinkan masyarakat lokal.Ketidakadilan ini menyebabkan konflik sosial.
·         Mengarah kepada insentif. Perbaikanlingkungan adalah tanggungjawab bersama karena SDA ini prinsipnya obligasibersama yang harus dijaga. Namun untuk menciptakan attitude diperlukaninsentif. Oleh karena itu kebijakan dalam pengelolaan DAS harus mengarah kepadainsentif untuk merangsang tindakan dalam perbaikan lingkungan.
·         Penegakan hukum (enforceability).Kebijakan tidak akan efektif berjalan dalam kondisi disorder dan poor lawenforcement. Penegakan hukum akan memaksa setiap anggota masyarakat untukmentaati kebijakan yang ditetapkan.
·         Diterima oleh publik (publicacceptability). Kebijakan pengelolaan DAS selalu menyangkut kepentingan publik.Dengan demikian kebijakan yang baik harus dapat diterima oleh publik.
·         Moral adalah aspek normatif yang sangat penting dalam menjamin aspek positif darisuatu kebijakan. Moral menjadi spirit of soul dalam pengelolaan SDA. Olehkarena itu terjadinya moral hazard menjadi titik awal kerusakan SDA danlingkungan.

BAB III

PENUTUP 

Dari uraian di atas dapat disimpulkanbahwa Pengelolaan DAS pada prinsipnya ditujukan untuk mengelola sumberdaya alam(SDA) dan sumberdaya lainnya dalam wilayah DAS secara berkelanjutan, dengan menyeimbangkan kepentingan ekonomi dan ekologis serta meminimalkan terjadinya degradasi lingkungan
Ukuran kebijakan pengelolaan DASperlu memperhatikan efisiensi, keadilan, mengarah kepada insetif, penegakanhukum, diterima oleh publik dan mengedepankan aspek moral. Prinsip dasar dalam penyusunan Rencana Pengelolaan DAS Terpadu adalah mekanisme penyusunannya dilakukan secara partisipatif, dari mulai analisis hingga perumusan rencana. Begitu pula pada kegiatan-kegiatan selanjutnya yaitu pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian hasil-hasilnya.

















DAFTAR PUSTAKA
Chay Asdak.1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Bandung: Universitas Padjadjaran.