Minggu, 22 Januari 2012

Kuasai Kecerdasan Emosi Anda!

Ditulis oleh: Anne Ahira untuk Eka
Mampu menguasai emosi, seringkali orang
menganggap remeh pada masalah ini.
Padahal, keceDitulis oleh: Anne Ahirardasan otak saja tidak
cukup menghantarkan seseorang mencapai
kesuksesan.



Justru, pengendalian emosi yang baik
menjadi faktor penting penentu
kesuksesan hidup seseorang.

Kecerdasan emosi adalah sebuah gambaran
mental dari seseorang yang cerdas dalam
menganalisa, merencanakan dan
menyelesaikan masalah, mulai dari yang
ringan hingga kompleks.

Dengan kecerdasan ini, seseorang bisa
memahami, mengenal, dan memilih
kualitas mereka sebagai insan manusia.
Orang yang memiliki kecerdasan emosi
bisa memahami orang lain dengan baik
dan membuat keputusan dengan bijak.

Lebih dari itu, kecerdasan ini terkait
erat dengan bagaimana seseorang dapat
mengaplikasikan apa yang ia pelajari
tentang kebahagiaan, mencintai dan
berinteraksi dengan sesamanya.

Ia pun tahu tujuan hidupnya, dan akan
bertanggung jawab dalam segala hal yang
terjadi dalam hidupnya sebagai bukti
tingginya kecerdasan emosi yang
dimilikinya.

Kecerdasan emosi lebih terfokus pada
pencapaian kesuksesan hidup yang
*tidak tampak*.

Kesuksesan bisa tercapai ketika
seseorang bisa membuat kesepakatan
dengan melibatkan emosi, perasaan dan
interaksi dengan sesamanya.

Terbukti, pencapaian kesuksesan secara
materi tidak menjamin kepuasan hati
seseorang.

Di tahun 1990, Kecerdasan Emosi (yang
juga dikenal dengan sebutan "EQ"),
dikenalkan melalui pasar dunia.

Dinyatakan bahwa kemampuan seseorang
untuk mengatasi dan menggunakan emosi
secara tepat dalam setiap bentuk
interaksi lebih dibutuhkan daripada
kecerdasan otak (IQ) seseorang.

Sekarang, mari kita lihat, bagaimana
emosi bisa mengubah segala keterbatasan
menjadi hal yang luar biasa....

Seorang miliuner kaya di Amerika
Serikat, Donald Trump, adalah contoh
apik dalam hal ini. Di tahun 1980
hingga 1990, Trump dikenal sebagai
pengusaha real estate yang cukup
sukses, dengan kekayaan pribadi yang
diperkirakan sebesar satu miliar US
dollar.

Dua buku berhasil ditulis pada puncak
karirnya, yaitu "The Art of The Deal
dan Surviving at the Top"
. Namun jalan
yang dilalui Trump tidak selalu
mulus...

Eka ingat depresi yang melanda dunia
di akhir tahun 1990? Pada saat itu
harga saham properti pun ikut anjlok
dengan drastis. Hingga dalam waktu
semalam, kehidupan Trump menjadi sangat
berkebalikan.

Trump yang sangat tergantung pada
bisnis propertinya ini harus menanggung
hutang sebesar 900 juta US Dollar!
Bahkan Bank Dunia sudah memprediksi
kebangkrutannya.

Beberapa temannya yang mengalami nasib
serupa berpikir bahwa inilah akhir
kehidupan mereka, hingga benar-benar
mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh
diri.

Di sini kecerdasan emosi Trump
benar-benar diuji. Bagaimana tidak,
ketika ia mengharap simpati dari mantan
istrinya, ia justru diminta memberikan
semua harta yang tersisa sebagai ganti
rugi perceraian mereka.

Orang-orang yang dianggap sebagai teman
dekatnya pun pergi meninggalkannya
begitu saja. Alasan yang sangat
mendukung bagi Trump untuk putus asa
dan menyerah pada hidup. Namun itu
tidak dilakukannya.

Trump justru memandang bahwa ini
kesempatan untuk bekerja dan mengubah
keadaan. Meski secara finansial ia
telah kehilangan segalanya, namun ada
"intangible asset" yang tetap
dimilikinya.

Ya, Trump memiliki pengalaman dan
pemahaman
bisnis yang kuat, yang jauh
lebih berharga dari semua hartanya yang
pernah ada!

Apa yang terjadi selanjutnya?

Fantastis, enam bulan kemudian Trump
sudah berhasil membuat kesepakatan
terbesar dalam sejarah bisnisnya.

Tiga tahun berikutnya, Trump mampu
mendapat keuntungan sebesar US$3
Milliar. Ia pun berhasil menulis
kembali buku terbarunya yang diberi
judul "The Art of The Comeback".

Dalam bukunya ini Trump bercerita
bagaimana kebangkrutan yang menimpanya
justru menjadikannya lebih bijaksana,
kuat dan fokus daripada sebelumnya.

Bahkan ia berpikir, jika saja musibah
itu tidak terjadi, maka ia tidak akan
pernah tahu teman sejatinya dan tidak
akan menjadikannya lebih kaya dari yang
sebelumnya. Luar biasa bukan? :-)

Kecerdasan Emosi memberikan seseorang
keteguhan untuk bangkit dari kegagalan,
juga mendatangkan kekuatan pada
seseorang untuk berani menghadapi
ketakutan.

Tidak sama halnya seperti kecerdasan
otak atau IQ, kecerdasan emosi hadir
pada setiap org & bisa dikembangkan.



Berikut beberapa tips bagaimana cara
mengasah kecerdasan emosi:

1. Selalu hidup dengan keberanian.

    Latihan dan berani mencoba hal-hal baru
    akan memberikan beragam pengalaman dan
    membuka pikiran dengan berbagai
    kemungkinan lain dalam hidup.

2. Selalu bertanggung jawab dalam
    segala hal.


    Ini akan menjadi jalan untuk bisa
    mendapatkan kepercayaan orang lain dan
    mengendalikan kita untuk tidak mudah
    menyerah. "being accountable is being
    dependable"


3. Berani keluar dari zona nyaman.

    Mencoba keluar dari zona nyaman akan
    membuat kita bisa mengeksplorasi banyak
    hal.

4. Mengenali rasa takut dan mencoba
    untuk menghadapinya.


    Melakukan hal ini akan membangun rasa
    percaya diri dan dapat menjadi jaminan
    bahwa segala sesuatu pasti ada
    solusinya.

5. Bersikap rendah hati.

    Mau mengakui kesalahan dalam hidup
    justru dapat meningkatkan harga diri
    kita.

So, kuasailah kecerdasan emosi Eka!

Karena mengendalikan emosi merupakan
salah satu faktor penting yang bisa
mengendalikan Eka menuju sukses dan
juga menikmati warna-warni kehidupan. :-)

http://www.AsianBrain.com

Rabu, 18 Januari 2012

Kesendirian Tidak Selalu Mematikan! Ditulis Oleh: Anne Ahira untuk Eka

Eka, banyak orang yang tidak menyukai kesendirian,
karena waktu yang dilewati terasa lebih panjang dan
melelahkan.

'Sendiri oh sendiri'... Ternyata hal remeh ini bisa
menjadi masalah besar bagi sebagian orang!

Apakah Eka termasuk yang demikian? :-)

Memang, kesendirian seringkali diidentikkan dengan hal
yang menakutkan, mengesalkan, bahkan menjadi simbol
kesedihan. Namun, jika kita mau membuka pikiran,
sebenarnya kesendirian itu tidak selalu mematikan!

Kesendirian bisa memiliki dua makna...

Pertama, kesendirian menyangkut fisik yang sebenarnya,
tanpa ada orang di sekitarnya. Kedua, hanya berbentuk
perasaan saja.

Bisa jadi seseorang berada di tengah keramaian, namun
merasakan kesunyian. Mungkin Eka pernah mengalami
hal serupa, terutama ketika menemui masalah dengan
rekan kerja, sahabat, keluarga, atau pacar? :-) dan lain
sebagainya..!

Satu hal yang perlu Eka ingat, kesendirian dengan arti
apapun sebenarnya bukan masalah jika kita mampu
mengelolanya dengan baik, atas perasaan, sikap dan
segala situasinya.

Bagaimana kita bisa mengelola kesendirian supaya lebih
bermakna? Lakukan hal berikut :

1. Cari kesibukan dengan melakukan aktivitas positif
    yang sangat Eka sukai, misalnya dengan membaca,
    menulis, olahraga, menyanyi? :-) Apapun kesukaan
    Eka. Dengan cara ini, kesendirian akan terasa lebih
    menyenangkan!

2. Kedua, ingat-ingat kembali hal-hal yang menjadi
    impian Eka dan belum sempat dilakukan. Eka bisa
    membuka agenda-agenda pribadi, foto-foto jaman
    dulu, buku-buku, dan lain sebagainya.

    Percaya, cara ini akan menyadarkan Eka akan
    sempitnya waktu untuk mewujudkan segalanya.
    Kalau sudah begini, bukankah kesendirian itu jadi
    menyenangkan? ;-)

3. Ketiga, buat daftar sebanyak-banyaknya tentang
    keinginan yang ingin Eka wujudkan selagi masih
    hidup. Mungkin dengan cara menuliskan kembali
    'keinginan gila' saat Eka masih kecil? Atau mimpi-
    mimpi lain yang belum terlaksanakan?

    Saat itu Eka akan sadar, ternyata banyak sekali
    hal yg memerlukan kesendirian utk mewujudkannya!

4. Dan yang terakhir.... Sebenarnya ini merupakan hal
    *utama* dan yang pertama yang harus Eka lakukan...
    Mendekatlah kepada Yang Maha Mencinta diri Eka.
    Kesendirian ini akan semakin menyadarkan hakekat
    keberadaan Eka di dunia.


    Semakin keyakinan ini kuat, maka akan semakin
    kokoh kemampuan Eka mengarungi kehidupan,
    dengan segala situasinya.
 
Intinya, jangan biarkan Eka terjebak dalam kesendirian
dengan suasana 'hati yang negatif', membiarkannya
berlarut-larut, hingga membuat Eka putus asa.
 
Kalau Eka mau membuka mata, kita sebenarnya tidak
pernah benar-benar sendiri. Ada orang lain di sekitar
kita.
 
Yang jelas, pasti selalu ada orang yang bisa Eka
jadikan teman, dan ajak bicara!
 
Jika Eka mau terbuka, dalam kesendirian Eka bisa
merenungkan banyak hal. Dalam kesendirian Eka bisa
menemukan kedewasaan, kebijaksanaan, ide brilian,
dan memaksimalkan potensi yang Eka miliki.


 
Dalam kesendirian pula Eka bisa mengungkap
kejujuran, yang bisa jadi terkalahkan oleh sombong dan
ego yang seringkali Eka temukan di keramaian!
 
Tidak bisa dipungkiri, kesendirian bisa datang kapan
saja kepada setiap orang, termasuk kepada Eka.
 
Nah, jika suatu saat atau bahkan saat ini Eka sedang
dilanda 'kesepian' alias merasa 'sunyi sepi sendiri',
Eka harus ingat, bahwa kesendirian tidak selamanya
mematikan!

Kelola-lah perasaan Eka dengan baik, dan buatlah
kesendirian menjadi lebih bermakna. :-)













http://www.AsianBrainNewsletter.com

Selasa, 10 Januari 2012

ChroNic LoneLiness

Mereka bertanya tentang kesepian

Bagiku kesepian adalah ketika aku berputar 360 derajat dan tak kutemukan wajahmu di tiap derajat putaran itu

Walau aku sedang dalam keramaian sekali pun

***
inspired by captainugros's tweet



Ada tiga jenis kesepian yang mudah kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Pertama, jenis kesepian umum. Kesepian umum menghinggapi siapapun pada suatu saat tertentu atau waktu tertentu dan kemudian berlalu, misalnya kehilangan pekerjaan. Rasa kesepian karena kehilangan tempat bekerja, berkumpul dengan teman-teman satu kantor menyebabkan rasa kesepian namun kesepian itu hilang bersamaan dengan mendapatkan pekerjaan baru.

Kedua, Kesepian akibat kehilangan. Kesepian ini datangnya tiba-tiba, kehilangan orang yang dicintai karena kematian atau perceraian. Selama ketahanan dirinya kokoh maka kesepian akan segera berlalu sampai kemudian terlibat dalam aktifitas baru.

Ketiga, kesepian yang kronis, hal ini ditimbulkan karena sebuah ekspektasi yang begitu besar terhadap sesuatu bisa terhadap keluarga, anak, pasangan atau orang yang dicintai namun ternyata dikhianati, dikecewakan, disakiti sehingga timbul perasaan negatif akibat tidak adanya rasa percaya diri dan konflik diri yang mendalam menciptakan guncangan emosi jangka panjang sehingga menimbulkan kehawatiran terhadap diri sendiri dan tertekan yang membuat hilangnya keinginan atau harapan hidup.

Lantas bagaimana cara mengatasi kesepian yang kronis ini? Meskipun kesepian bukanlah penyakit mental namun dapat berakibat buruk terhadap kesehatan jasmani maupun emosi seseorang. Untuk bisa mengatasinya agar tidak kesepian maka hubungan relasi dengan Sang Khaliq menjadi penentu.

Semakin kokoh iman dan ketaqwaan seseorang kepada Allah maka kesepian tidak akan pernah menghinggapi dirinya. Dzikir adalah wujud hubungan komunikasi kita dengan Allah, komunikasi yang kontinyu, intens dan harmonis melalui dzikir akan memberikan dampak ketenangan hati sekaligus menghilangkan perasaan kesepian kronis.

Komunikasi kita yang intens dengan Allah melalui dzikir secara terus menerus selain menimbulkan dampak ketenangan hati juga membuat tubuh kita menjadi lebih sehat, lebih indah, lebih membahagiakan dan keluarga kita menjadi keluarga sakinah mawadah warahmah karena komunikasi yang terbangun disetiap anggota keluarga mendapatkan limpahan kasih sayang Allah.

Sebagaimana Firman Allah.

'Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram' (QS. ar-Raad : 28).